Kisah Nabi Musa membelah Laut Merah telah lama menjadi topik yang menarik bagi banyak orang dalam tradisi religius. Namun, sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh National Center for Atmospheric Research (NCAR) dan University of Colorado di Boulder telah memberikan penjelasan ilmiah yang menarik tentang peristiwa tersebut. Para ilmuwan menggunakan simulasi komputer untuk merekonstruksi kejadian tersebut dengan menggabungkan model dinamika fluida.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan berhasil menciptakan simulasi yang menunjukkan bahwa kombinasi angin dan gelombang dapat menciptakan kondisi yang mirip dengan cerita dalam kitab suci. Carl Drews, penulis utama studi ini, menjelaskan bahwa simulasi tersebut menunjukkan bahwa angin kencang dapat menyebabkan perpecahan perairan dan menciptakan jalur kering yang memungkinkan Bani Israil untuk melintasinya.
Menariknya, simulasi ini cukup mirip dengan apa yang diceritakan dalam kisah Eksodus. Drews menjelaskan bahwa fenomena ini dapat dijelaskan melalui prinsip dinamika fluida. Angin kencang dapat menggeser air, menciptakan jalur aman di antara dua sisi air sebelum akhirnya air kembali mengalir.
Simulasi tersebut menunjukkan bahwa angin berkecepatan 63 meter per jam dari arah timur dapat mendorong air kembali ke pantai barat, membentuk daratan lumpur yang luas. Proses ini memungkinkan pembentukan jembatan darat yang tinggi dan kering selama sekitar empat jam, memberikan kesempatan bagi Bani Israil untuk menyeberang sebelum air kembali mengalir.
Drews dan timnya tidak menggunakan lokasi Laut Merah dalam simulasi mereka. Mereka memilih untuk menggunakan data geografi kuno untuk memodelkan kemungkinan lokasi dan kedalaman saluran air di sepanjang Nil sesuai dengan deskripsi sejarah yang ada.
Sebelumnya, ada spekulasi bahwa fenomena tsunami mungkin telah menyebabkan perairan mundur dengan cepat. Namun, pandangan ini tidak selaras dengan narasi Alkitab yang menyebutkan bahwa lautan terbelah secara bertahap dalam semalam akibat angin timur yang kuat. Penelitian ini memberikan perspektif baru dengan memanfaatkan data ilmiah dan model fisika untuk menjelaskan kemungkinan latar belakang dari kisah religius tersebut.
Penemuan ini tidak hanya memberikan penjelasan ilmiah yang menarik mengenai peristiwa yang dianggap sebagai mukjizat, tetapi juga membuka kemungkinan baru dalam memahami peristiwa sejarah dan religius dengan dasar ilmiah yang dapat diuji melalui penelitian modern.