Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa pembangunan smelter bauksit di Indonesia masih belum signifikan karena terdapat berbagai masalah yang menghambat. Menurut Koordinator Hilirisasi Mineral dan Baru Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Muhammad Ansari, setiap badan usaha yang akan membangun smelter bauksit menghadapi masalah yang berbeda-beda. Salah satunya adalah masalah ketersediaan energi.
“Dugaan awal persoalan tidak sama persis. Mungkin dari sisi lokasi, ketersediaan energi,” ujar Ansari dalam media briefing di Ditjen Mineral Batu Bara Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (30/10). Selain masalah ketersediaan energi, Ansari juga menyebut bahwa masalah lainnya terkait dengan lahan yang akan digunakan untuk membangun smelter. Terkait masalah lahan, Kementerian ESDM akan melakukan penelitian lebih detail, termasuk terkait ganti rugi, kondisi geografis, dan faktor lainnya.
“Bauksit ini sedang menjadi perhatian bersama dan mungkin ada hasil kajian dari lembaga tertentu yang menyatakan solusi yang berbeda. Namun, kita memiliki posisi atau pendapat untuk saling mendukung dalam menemukan solusi terkait masalah bauksit,” tambahnya.
Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) juga menyatakan bahwa hilirisasi bauksit di Indonesia masih terhambat. Meskipun pemerintah telah melarang ekspor bauksit sejak Juni 2023, pembangunan smelter bauksit di Indonesia masih mandek.
“Kita harus mencari jalan keluar agar hilirisasi dapat berjalan lancar dan ekspor juga dapat dilakukan. Negara lain juga memiliki smelter dan dapat menjual produknya ke luar negeri. Hal ini merupakan nilai tambah yang penting,” ungkap Plh Ketua Umum APB3I, Ronald Sulistyanto, seperti dilansir oleh CNBC Indonesia.
Ronald menjelaskan bahwa pembangunan smelter, terutama 8 smelter bauksit di Indonesia, masih terhambat karena masalah pendanaan yang sulit. Perusahaan-perusahaan yang ingin membangun smelter di Indonesia mengandalkan pendanaan dari investor asing.
Namun, mendapatkan pendanaan dari investor asing tidaklah mudah. “Investor yang biasanya lebih mudah untuk didapatkan, saat ini tidak semudah dulu. Prosesnya panjang, ditambah lagi dengan adanya pandemi covid, perubahan kebijakan, dan faktor lainnya. Semua ini menjadi hambatan bagi kita bersama,” jelasnya.
Dengan demikian, diperlukan kerjasama antara pemerintah, pengusaha, dan investor untuk menemukan solusi terbaik dalam mengatasi berbagai hambatan yang menghambat pembangunan smelter bauksit di Indonesia. Semoga dengan upaya bersama, hilirisasi bauksit di Indonesia dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang maksimal bagi negara.