Malino, sebuah kelurahan yang terletak di kaki Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, memang menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Dengan ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, udara di sekitar Malino sangat sejuk dan diselimuti kabut. Hal ini membuat Malino menjadi tempat ideal untuk melepas penat dari kesibukan perkotaan.
Di Malino, terdapat beragam obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Selain itu, Malino juga menyimpan sejarah yang menarik sejak zaman penjajahan Belanda. Sebagai contoh, pada masa pemerintahan Gubernur LJJ Caron pada tahun 1927-1933, Malino menjadi tempat peristirahatan para pegawai pemerintah yang ingin menikmati udara segar pegunungan.
Pada masa pendudukan Jepang, Malino juga menjadi tempat pengungsian bagi anak-anak dan perempuan Belanda pada tahun 1942. Tak hanya itu, Konferensi Malino yang berlangsung pada tanggal 15-25 Juli 1946 juga menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah Malino. Konferensi ini dipimpin oleh Letnan Gubernur-Jenderal Hubertus Johannes van Mook dan membahas rencana pembentukan negara-negara bagian berbentuk federasi, serta pembentukan negara yang terdiri dari daerah Indonesia bagian Timur.
Pemilihan Malino sebagai tempat konferensi tidaklah terlepas dari strategisnya posisi Sulawesi Selatan secara politis, geografis, dan ekonomis. Van Mook ingin menunjukkan kepada dunia luar bahwa pemerintah Belanda telah berhasil menguasai Sulawesi Selatan secara politik maupun wilayah.
Dengan berbagai potensi wisata dan sejarah yang dimiliki, Malino menjadi destinasi yang menarik bagi para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam pegunungan dan belajar lebih banyak tentang sejarah daerah tersebut. Jadi, jika Anda sedang merencanakan liburan atau sekadar ingin melepas penat dari rutinitas sehari-hari, jangan ragu untuk mengunjungi Malino dan menikmati segala keindahannya.