Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengingatkan bahwa kondisi ekonomi saat ini tidak stabil, ditandai dengan menurunnya daya beli masyarakat dan terus berkurangnya Purchase Managers’ Index (PMI) Manufaktur. Analis Kebijakan Ekonomi Apindo, Ajib Hamdani, menjelaskan bahwa deflasi telah terjadi selama lima bulan terakhir, mulai dari Mei hingga September 2024. Ajib juga menyoroti pernyataan Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai fenomena deflasi tersebut.
Menurut Ajib, deflasi tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Perlu melihat sisi permintaan dan penawaran secara bersamaan untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif. Dari sisi permintaan, data menunjukkan bahwa daya beli masyarakat sedang menurun, seperti penurunan jumlah kelas menengah dan penerimaan pajak dari kelas menengah yang terus menurun. Sementara dari sisi penawaran, PMI terus mengalami kontraksi di bawah angka 50 sejak Juli.
Ajib menekankan bahwa daya beli masyarakat merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga pemerintah perlu memberikan insentif yang tepat untuk mengembalikan daya beli tersebut. Dia merekomendasikan tiga prioritas kebijakan, yaitu mengkaji ulang kenaikan tarif PPN, menurunkan tingkat suku bunga acuan, dan meningkatkan investasi yang padat karya untuk menyerap tenaga kerja.
Menurut Ajib, momen Pilkada 2024 pada kuartal IV/2024 dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat secara umum. Dia berpendapat bahwa kondisi ekonomi pada kuartal keempat tahun 2024 menjadi momentum untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih agresif, terutama dengan adanya Pilkada serentak. Dengan demikian, target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% dalam APBN 2024 bisa tercapai.
Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, Apindo mendorong pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif. Dengan kerjasama antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat, diharapkan ekonomi Indonesia dapat pulih dan berkembang dengan baik di masa depan.