Para peneliti telah lama berpikir bahwa perkawinan sedarah menyebabkan kepunahan genetik pada populasi mamut terakhir. Namun, analisis DNA kuno yang baru-baru ini dilakukan mengungkapkan fakta yang mengejutkan. Mamut berbulu terakhir hidup di Pulau Wrangel selama ribuan tahun setelah kerabat mereka yang bergading punah di daratan. Mereka berhasil menemukan jalan mereka ke pulau tersebut sekitar 10.000 tahun yang lalu dan menjadi sisa-sisa dari spesies yang dulu tersebar luas di Belahan Bumi Utara.
Sayangnya, mamut berbulu terakhir punah sekitar 4.000 tahun yang lalu, membuat spesies ini benar-benar punah. Meskipun tidak diketahui pasti apa yang menyebabkan kepunahan mamut di Pulau Wrangel, analisis genetik menunjukkan bahwa populasi mamut mengalami penyusutan yang parah pada masa itu. Hal ini membuat hewan-hewan tersebut rentan secara genetik di tengah perubahan lingkungan yang cepat.
Penelitian terbaru oleh ahli genetika Universitas Stockholm, Patricia Pecnerova, dan timnya mengungkapkan bahwa populasi mamut terakhir di Pulau Wrangel dimulai dengan hanya beberapa individu yang berkembang biak. Populasi ini kemudian berkembang pesat menjadi beberapa ratus mamut dalam waktu singkat. Meskipun terjadi perkawinan sedarah, populasi mamut tersebut akhirnya menjadi stabil dan bahkan mulai menghilangkan mutasi berbahaya seiring berjalannya waktu.
Meskipun demikian, kepunahan mamut berbulu tidak bisa disalahkan hanya pada perkawinan sedarah. Faktor-faktor lain seperti perubahan iklim, perburuan manusia, dan tekanan lingkungan juga turut berkontribusi terhadap kepunahan spesies ini. Meskipun populasi mamut terakhir di Pulau Wrangel mampu bertahan hidup lebih lama dari yang diperkirakan, akhirnya mereka pun punah karena berbagai faktor yang kompleks.
Dengan demikian, kepunahan mamut berbulu merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor seperti perubahan iklim, perburuan manusia, tekanan lingkungan, dan hambatan genetik. Meskipun mamut terakhir di Pulau Wrangel berhasil bertahan hidup lebih lama dari yang diperkirakan, namun akhirnya mereka juga tidak bisa melawan arus perubahan yang terjadi di sekitar mereka.
Jadi, kesimpulannya adalah bahwa kepunahan mamut berbulu terjadi bukan hanya karena perkawinan sedarah, tetapi juga karena berbagai faktor lain yang turut berkontribusi. Mamut terakhir di Pulau Wrangel adalah saksi bisu dari perubahan dramatis yang terjadi dalam lingkungan hidup mereka