Laboratorium Riset Bersama Indonesia-China di bidang material energi baru dan rekayasa metalurgi baru saja resmi dibuka oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan pada Rabu (28/8/2024) di ITB Jatinangor. Jadi, apa sih yang bikin lab ini istimewa?
Menurut Prof. Dr. M. Zaki Mubarok dari ITB, yang dikutip dari akun Instagram dosen Teknik Metalurgi ITB, Imam Santoso (@santosoim), selama ini Indonesia hanya bisa bikin nikel sulfat untuk bahan baku baterai. Tapi, dengan adanya laboratorium ini, harapannya kita bisa memproduksi bahan baku baterai dari awal hingga akhir, termasuk anoda, katoda, elektrolit, dan bahkan industri baterainya sendiri.
Prof. Zaki menjelaskan bahwa keunggulan lab ini adalah peralatan analisis yang super lengkap dan terbaru. Peralatan ini diambil dari penyedia terkemuka di Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat, termasuk alat langka seperti EPMA (Electron Probe Microanalyzer). Di lab ekstraksi, juga ada reaktor dengan berbagai kapasitas (10 l, 100 l, dan 1000 l) yang dikelola dengan sistem kontrol canggih. Selain itu, lab ini dilengkapi dengan sistem suplai gas, air distilasi, pengolah gas buang, serta penampung limbah cair yang terintegrasi. Fasilitas lainnya termasuk 3 ruang rapat, co-working space yang luas untuk mahasiswa, dan 2 ruang kelas yang nyaman.
Kerja sama antara ITB, GEM (Green Eco Manufacture), dan Central South University (CSU) sudah dimulai sejak 2-3 tahun lalu. MoU kerjasama ketiga pihak ditandatangani pada 6 November 2023, mencakup kerja sama dalam pendidikan dan penelitian. Sejak April 2022, ITB telah mengangkat 3 profesor tamu dari CSU, dan sebaliknya, 2 profesor dari ITB juga menjadi profesor tamu di CSU. Selain itu, mahasiswa lulusan ITB dan universitas lain di Indonesia juga dikirim ke CSU di Changsha, China, untuk melanjutkan studi magister di bidang metalurgi, dengan 4 batch program sudah berjalan.
Di sisi lain, GEM punya pabrik pengolahan bijih nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, yang menghasilkan mixed hydroxide precipitate yang perlu diproses lebih lanjut menjadi material katoda untuk baterai ion-lithium.
Untuk mendukung semua kegiatan ini, ITB minta dibangunkan fasilitas laboratorium riset bersama di kampus ITB. Mulai semester 1 tahun ajaran 2024-2025, ITB akan membuka Program Magister Multidisiplin Material Baterai dan Program Doktor yang akan memanfaatkan fasilitas lab ini. Total ada 10 mahasiswa magister dan 2 mahasiswa doktor yang sudah mendapatkan beasiswa ITB-GEM untuk program ini. Dengan adanya fasilitas ini, diharapkan semua program pendidikan dan penelitian bisa lebih maksimal.