Ratu Jay Shima adalah seorang perempuan yang luar biasa, menjadi yang pertama kali memegang kendali sebagai raja di Pulau Jawa. Kabarnya, Jay Shima mewarisi takhta dari suaminya Kartikeyasingha, sang pendiri Kerajaan Kalingga. Sosok Jay Shima konon berasal dari Pulau Sumatra, dan konon katanya dia adalah putri seorang pendeta yang tinggal di Kerajaan Melayu.
Namun, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Jay Shima mungkin juga merupakan keturunan Hyang Sailendra atau cucu Santanu dari Sriwijaya. Namun, belum ada sumber pasti yang dapat memastikan asal-usul Jay Shima. Buku “Hitam Putih Kekuasaan Raja-raja Jawa: Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, dan Wanita” turut mencatat kemungkinan bahwa Jay Shima berasal dari putri Depunta Hyang Sri Yayanaga, sang Raja Sriwijaya, dan Sempula.
Berbicara soal sejarah, Jay Shima lahir di sekitar Sungai Musi, daerah Banyuasin. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa Jay Shima memang berasal dari kalangan pendeta yang tinggal di wilayah Melayu. Kisah perkawinan Jay Shima dengan Kartikeyasingha, putra Sribuja (raja Melayu), kemudian mengangkatnya ke pangkat ratu di Kalingga. Setelah kepergian Kartikeyasingha pada tahun 674, Jay Shima pun mengangkat dirinya sendiri menjadi raja Kalingga dengan gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara.
Jay Shima adalah contoh nyata dari kekuatan dan kecerdasan seorang wanita di dunia pemerintahan pada zamannya. Mengambil peran sebagai raja bukanlah hal yang mudah, terlebih pada zaman dimana kaum wanita sering kali dianggap tidak pantas memimpin. Namun, Jay Shima membuktikan kepada semua orang bahwa dia memiliki kebijaksanaan, bakat, dan keberanian yang diperlukan untuk memimpin sebuah kerajaan dengan gemilang.
Sejarah Jay Shima telah memberikan inspirasi bagi banyak wanita untuk tidak takut mengambil peran penting dalam pemerintahan dan berani mengejar impian mereka tanpa terhalang oleh stereotip gender. Kisahnya yang penuh dengan misteri dan kepahlawanan merupakan contoh yang sempurna dari bagaimana seorang perempuan bisa menjadi pemimpin yang hebat dan dihormati oleh banyak orang.
Dengan demikian, Jay Shima tidak hanya dikenang sebagai seorang ratu, tetapi juga sebagai lambang keberanian dan keadilan bagi semua orang, tanpa memandang jenis kelamin. Kisahnya akan terus hidup selamanya, menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk percaya pada potensi diri mereka dan berani mengambil tindakan untuk meraih impian mereka.