Jabariyah adalah pandangan bahwa manusia melakukan perbuatan mereka dalam keadaan terpaksa tanpa memiliki pilihan. Aliran ini meyakini bahwa manusia seperti benda mati yang tidak memiliki daya dan usaha sama sekali. Istilah Jabariyah berasal dari kata “jabara” yang berarti memaksa, seperti yang dijelaskan dalam buku Pengantar Ilmu Kalam karya Casrameko. Dalam kamus Al-Munjid, nama Jabariyah diartikan sebagai mengharuskan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut buku Teologi Islam Terapan karya M. Amin Syukur, aliran Jabariyah merupakan kebalikan dari Qadariyah yang menyatakan bahwa manusia tidak merdeka. Manusia melakukan perbuatannya dalam keadaan terpaksa karena mereka percaya bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh takdir Allah. Namun, pandangan ini mendapat penolakan dari berbagai golongan dan ulama karena dianggap dapat membuat manusia malas dan putus asa, tidak mau bekerja keras, bahkan hanya pasrah terhadap takdir.
Takwil yang berlebihan terhadap sifat-sifat Allah dalam Al-Qur’an dapat membatasi pemahaman dari satu aspek saja. Padahal, makna Al-Qur’an sangat luas dan sempurna daripada yang mereka takwilkan. Sejarah awal perkembangan paham Jabariyah dimulai dengan dikenalkannya oleh Ja’d bin Dirham dan disebarkan oleh Jahm Shafwan dari Khurasan. Jahm Shafwan juga dikenal sebagai tokoh yang mendirikan aliran Jihmiyah dalam kalangan Murji’ah.
Jabariyah tidak hanya dibawa oleh dua tokoh di atas, tetapi juga oleh tokoh-tokoh lain seperti Al-Husain bin Muhammad An-Najir dan Ja’d bin Dirar. Kemunculan paham Jabariyah dipelajari melalui pendekatan geokuntural bangsa Arab, yang menggambarkan pengaruh besar alam Sahara terhadap cara hidup mereka. Ketergantungan mereka pada alam yang keras telah membentuk sikap pencerahan diri terhadap alam.
Menurut Harun Nasution dalam buku Teologi Islam: Aliran-Aliran Analisa Perbandingan, masyarakat Arab pada masa itu merasa lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan sekitar sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini akhirnya membawa mereka kepada paham Jabariyah, di mana mereka meyakini bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh takdir dan mereka tidak memiliki kuasa untuk mengubahnya.
Dengan demikian, paham Jabariyah menjadi kontroversial di kalangan umat Islam karena pandangannya yang meniadakan ikhtiar manusia dan menekankan determinisme takdir Allah. Meskipun begitu, pemahaman yang benar terhadap ajaran agama haruslah seimbang antara takdir dan ikhtiar, serta memperhatikan kebebasan manusia dalam bertindak dan berusaha.