Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perempuan di Indonesia yang memilih untuk hidup tanpa anak, atau yang sering disebut sebagai childfree. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sekitar 8 persen perempuan Indonesia, atau sekitar 71 ribu orang, memilih untuk tidak memiliki anak. Angka ini didapat dari kajian Susenas, yang melihat perempuan usia 15-49 tahun yang pernah menikah namun belum memiliki anak. Tren ini juga berkontribusi pada penurunan angka kelahiran di Indonesia, atau yang dikenal dengan istilah Total Fertility Rate (TFR).
Lalu, sebenarnya apa sih sejarah dari pilihan childfree ini? Yuk, kita bahas!
Childfree adalah pilihan hidup di mana pasangan, yang sudah menikah, memutuskan untuk tidak memiliki anak. Ini bisa berarti tidak ingin memiliki anak secara biologis, atau bahkan tidak tertarik untuk mengadopsi anak. Bagi pasangan yang memilih childfree, fokus mereka lebih pada hidup berdua tanpa ada keinginan untuk mengurus anak. Konsep ini lebih mengarah ke pilihan pribadi, tanpa paksaan dari luar.
Istilah childfree sendiri sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan sejak akhir abad ke-20, saat St. Augustine, seorang pemikir dari aliran Maniisme, mengemukakan bahwa memiliki anak itu tidak bermoral. Menurutnya, hal itu bisa menjebak jiwa dalam tubuh yang tak kekal. Seiring berjalannya waktu, ide ini mulai berkembang, dan perempuan, terutama di Barat, mulai memilih untuk hidup tanpa anak, bahkan ketika mereka sudah menikah.
Sebenarnya, childfree pertama kali menjadi tren di Eropa, terutama di pedesaan, sekitar tahun 1500-an. Saat itu, banyak perempuan yang memilih fokus berkarier daripada menikah muda dan punya anak. Tren ini bertahan hingga abad ke-19, ketika Eropa dan Amerika Serikat mengalami revolusi industri, yang memungkinkan banyak perempuan bekerja di pabrik. Banyak dari mereka yang merasa lebih nyaman hidup tanpa anak, bahkan setelah menikah.
Seiring berjalannya waktu, di Barat, pilihan untuk tidak memiliki anak semakin diterima, bahkan menjadi budaya yang umum. Meskipun tren childfree kadang naik turun seiring dengan angka kelahiran di masing-masing negara, perkembangan teknologi dan alat kontrasepsi membuat tren ini semakin meningkat. Kini, di banyak negara Barat, childfree sudah dianggap sebagai pilihan hidup yang sah tanpa kontroversi.