Sebuah jembatan di Kecamatan Karanganom, Klaten, menyimpan sejarah kelam tentang tragedi Gerakan 30 September 1965 (G 30 S). Jembatan ini dikenal sebagai Jembatan Bantengan. Menurut cerita warga sekitar, beberapa orang yang diduga terlibat dalam Partai Komunis Indonesia (PKI) dieksekusi mati di jembatan ini.
Jembatan Bantengan terletak di jalan Klaten-Karanganom, tepatnya di perbatasan Desa Tarubasan dan Desa Kadirejo, Kecamatan Karanganom. Jembatan ini memiliki panjang sekitar 30 meter dan berada di jalan menurun. Sekitar jembatan ini terdapat lahan pertanian dan di tepi sisi utaranya digunakan sebagai tempat pembuangan sampah.
Aspal di jembatan ini terlihat masih mulus meskipun usianya sudah cukup tua. Seorang warga setempat, BN (75 tahun), mengatakan bahwa Jembatan Bantengan dulunya terbuat dari bambu dan kayu. Setelah tragedi G 30 S, para tokoh PKI dikabarkan diangkut ke jembatan ini menggunakan truk.
Menurut BN, para tahanan biasanya dibawa ke jembatan pada sore hari. Sebelumnya, warga sekitar sudah diberitahu bahwa akan ada eksekusi mati di jembatan tersebut. Setelah ditembak, mayat-mayat dibiarkan di lokasi tersebut dan paginya warga sekitar diminta untuk mengubur mereka.
BN mengingat bahwa sekitar 127 orang tewas ditembak di jembatan itu. Truk yang membawa para tahanan PKI datang dari arah kota Klaten. BPD Desa Tarubasan, Kecamatan Karanganom, Kusdiyono, juga membenarkan cerita tentang jembatan ini digunakan untuk menembaki para tokoh PKI.
Jembatan Bantengan dulunya terbuat dari bambu. Namun setelah digunakan untuk mengubur orang-orang PKI, jembatan ini kemudian dibangun dengan lebih kokoh. Kusdiyono juga mengingat bahwa saat banjir besar, tulang-tulang yang hanyut dulu terlihat.
Kisah tragis di balik Jembatan Bantengan ini masih menjadi kenangan yang mencekam bagi warga sekitar. Meskipun telah lama berlalu, jejak sejarah tersebut tetap terpatri dalam ingatan mereka. Semoga tragedi seperti itu tidak akan terulang kembali di masa depan.