Masyarakat Sukabumi memiliki cerita menarik tentang terowongan bawah tanah peninggalan Belanda di kota mereka. Terowongan ini dianggap menyimpan mitos dan misteri oleh sebagian orang, namun sebagian lainnya menganggapnya hanya sebagai saluran drainase biasa. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa apa yang disebut sebagai terowongan sebenarnya adalah saluran air tertutup atau gorong-gorong yang dikenal sebagai duiker.
Pada masa kolonial Belanda, Kota Sukabumi dirancang dengan menggunakan teknologi tata air canggih untuk masanya. Saluran air kecil mulai ditutup dengan duiker, sebuah konstruksi tembok yang memungkinkan air tetap mengalir di bawah tanah tanpa mengganggu pembangunan di atasnya. Konsep drainase kota menjadi bagian integral dari perencanaan tata Kota Sukabumi.
Teknologi duiker tidak hanya digunakan untuk saluran air, tetapi juga untuk membangun jembatan yang lebih efisien. Salah satu contoh konstruksi duiker tertua adalah Duiker Cisero Sukaraja yang dibangun sekitar tahun 1800, sebelum masa Daendels. Pembangunan duiker untuk drainase di area pasar Sukabumi dimulai pada tahun 1881.
Pada tahun 1914, ketika Sukabumi menjadi gemeente, perhatian terhadap drainase semakin meningkat. Pemerintah kolonial mengalokasikan anggaran khusus untuk pemeliharaan gorong-gorong dan saluran air. Selain berfungsi sebagai saluran pembuangan, gorong-gorong ini juga membantu mengatasi banjir di wilayah padat penduduk.
Namun, seiring berjalannya waktu, masalah baru mulai muncul. Sampah yang menumpuk di saluran tertutup dan pembangunan tanpa perencanaan matang menyebabkan banyak gorong-gorong menjadi mampet, yang memperparah banjir di beberapa wilayah. Pembangunan drainase juga menjadi bagian dari program Kampong Verbettering pada tahun 1939, yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan perkampungan dengan fokus pada pengelolaan drainase.
Kini, mitos tentang terowongan bawah tanah Belanda di Sukabumi terus menarik perhatian. Namun, memahami sejarah dan fungsi asli saluran air ini dapat membantu meluruskan persepsi masyarakat. Sebagai warisan infrastruktur kolonial, duiker tetap menjadi bagian penting dari sejarah Sukabumi dan menunjukkan bagaimana teknologi masa lalu membentuk tata kota yang kita kenal sekarang.
Kisah tentang duiker ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga infrastruktur warisan sejarah. Dengan perawatan yang baik dan kesadaran masyarakat, saluran air ini tidak hanya menjadi saksi bisu masa lalu tetapi juga tetap berfungsi untuk masa depan.