Gurita sering disebut sebagai makhluk yang paling mirip dengan alien karena jaringan sarafnya yang unik. Jaringan ini memungkinkan gurita untuk menggerakkan tentakelnya dengan sangat fleksibel. Sejak dahulu, para ilmuwan berusaha untuk memahami cara jaringan saraf dan otot bekerja dalam tentakel gurita. Namun, struktur dan fungsi tentakel yang kompleks membuat para ilmuwan kesulitan.
Kini, berkat perkembangan teknologi, para ilmuwan dari San Francisco State University berhasil meneliti tentakel gurita secara lebih mendalam dan menemukan jenis sel saraf langka. Penemuan ini diterbitkan di Current Biology, Vol. 34, No. 20 pada 2024. Menurut ahli biologi evolusi dari San Francisco State University, Robyn Crook, gurita memiliki sistem saraf dengan tingkat organisasi neurokimia yang memungkinkan mereka bergerak, merasakan, dan mungkin berpikir.
Organisasi neurokimia ini mengacu pada keberadaan zat kimia dalam sistem saraf, seperti neurotransmitter dan neuromodulator. Zat ini berperan dalam mengendalikan aktivitas sel saraf yang memungkinkan terjadinya gerakan tubuh. Para peneliti melakukan pemetaan jaringan saraf dan otot lengan gurita melalui potongan-potongan gambar dua dimensi. Mereka menyusun potongan ini menjadi gambaran yang utuh karena teknologi untuk melihat jaringan dalam bentuk tiga dimensi masih sangat terbatas.
Setelah melakukan pemetaan, Crook dan timnya menggunakan teknologi DNA untuk menandai dan mengidentifikasi berbagai jenis sel saraf pada gurita untuk melihat perbedaan populasinya di seluruh tubuh. Sementara itu, seorang ahli biologi sekaligus peneliti dari San Francisco State University, Diana Neacsu menggunakan mikroskop elektron untuk merekonstruksi arsitektur neuron, otot, dan kulit, serta menunjukkan bagaimana berbagai jaringan terhubung dan berhubungan pada setiap tentakel.
Hasil kedua penelitian ini mengungkapkan pola berupa sambungan miring dari saraf intramuskular, yakni struktur berulang yang mengandung ganglion saraf dan pembuluh darah. Selain itu, para peneliti juga menemukan susunan unik berupa sel saraf langka yang berukuran besar di dalam lapisan sel tersebut. “Memiliki atlas anatomi gurita hanyalah permulaan untuk mempelajari bagaimana moluska (hewan invertebrata) berperilaku dalam cara yang dapat dipahami, setelah mengikuti jalur evolusi yang begitu berbeda,” ungkap Crook, sebagaimana dikutip dari Science Alert.
Kendati demikian, para peneliti belum mengetahui secara pasti fungsi dari sel saraf langka dalam tentakel gurita tersebut. Crook menuturkan bahwa sampai saat ini ada banyak hipotesis. Ia berpikir bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda dalam tugas yang harus dilakukan lengan gurita. “Namun, itu juga bisa jadi merupakan kecelakaan evolusi,” pungkasnya.