Harimau Tasmania, mamalia marsupial karnivora yang pernah menghuni Australia, Tasmania, dan Papua Nugini, telah punah sekitar seratus tahun yang lalu. Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, para ilmuwan kini berusaha untuk menghidupkan kembali spesies ini melalui terobosan dalam pengurutan genom.
Proses penghidupan kembali harimau Tasmania diprediksi akan memakan waktu sekitar tiga tahun ke depan. Para ilmuwan menggunakan genom purba yang memecahkan rekor untuk mempercepat proyek de-extinction ini. Genom sendiri adalah keseluruhan informasi genetik yang dimiliki oleh suatu organisme dalam DNA, mencakup seluruh gen dan urutan DNA dalam setiap sel organisme.
Proyek ini dipimpin oleh perusahaan de-extinction dan pelestarian, Colossal, di Amerika Serikat, bekerja sama dengan Universitas Melbourne di Australia. Mereka telah melakukan pengurutan genom pada salah satu spesimen harimau Tasmania yang terakhir diketahui mati di kebun binatang Hobart pada 1936. Kepunahan yang relatif baru membuat spesimen ini terawetkan dengan sangat baik, sehingga genom yang ditemukan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan spesimen lainnya.
Setelah pengurutan genom, ilmuwan akan menggunakan teknologi reproduksi untuk merangsang ovulasi pada dunnart, marsupial yang hidup di Australia. Dengan induksi ovulasi, mereka dapat mengontrol kapan dunnart memasuki masa kesuburan, memungkinkan mereka menentukan waktu yang optimal untuk menghasilkan lebih banyak sel telur. Telur-telur ini kemudian digunakan untuk membuat embrio baru, yang nantinya akan menjadi inang bagi genom harimau Tasmania yang telah disunting.
Selanjutnya, para ilmuwan akan mengambil DNA dari anjing dan serigala untuk menciptakan gen rahang dan tengkorak khas dari harimau Tasmania. Melalui pencampuran DNA dari berbagai spesies, mereka berharap bisa menghidupkan kembali harimau Tasmania. Proyek ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar tiga tahun, dan jika berhasil, hewan ini akan dilepaskan ke alam liar dalam waktu sepuluh tahun mendatang.
Meskipun penyebab pasti kepunahan harimau Tasmania belum dapat dipastikan, populasinya terus menurun di habitat aslinya sebelum akhirnya punah. Persaingan dengan hewan lain seperti dingo diduga menjadi salah satu faktor penurunan populasi. Selain itu, perburuan liar oleh manusia selama lebih dari 2.000 tahun juga mungkin berkontribusi pada kepunahan hewan ini.
Harimau Tasmania pernah dianggap sebagai hama oleh manusia karena sering memangsa ternak, yang menyebabkan banyak penganiayaan dan perburuan yang dilakukan oleh manusia hingga menekan jumlah populasi hewan ini. Dengan upaya penghidupan kembali yang dilakukan oleh para ilmuwan, kita berharap bahwa harimau Tasmania dapat kembali menghuni alam liar dan menjadi bagian penting dari ekosistem yang ada.