Dalam waktu kurang dari setahun, sampah plastik dari Indonesia bisa terbawa hingga ke Afrika Selatan. Menurut peneliti ahli dari Pusat Riset Oseanografi BRIN, Muhammad Reza Cordova, sekitar 10-20 persen dari sampah plastik tersebut langsung mencapai Afrika Selatan. Reza menjelaskan bahwa sampah plastik mencemari lautan dengan berlayar melintasi samudra, dari Samudera Hindia hingga masuk ke Samudera Pasifik.
Dia bekerja sama dengan beberapa kementerian untuk meneliti pergerakan sampah di perairan, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Berdasarkan penelitiannya terhadap sampah dari Sungai Cisadane, menggunakan 11 drifter yang dilepaskan, 2 di antaranya hampir mencapai Madagaskar dalam enam bulan.
Meskipun hanya sebagian kecil sampah yang sampai ke Afrika Selatan, lebih dari 50 persen sampah plastik mengarah ke sungai-sungai di Indonesia dan mencemari wilayah sekitarnya. Reza menyebut bahwa arus sampah plastik di perairan Indonesia sebagian besar menuju ke Samudera Hindia, yang kemudian bisa mencapai negara-negara seperti Maladewa dan Mauritania.
Pemerintah memiliki target untuk menurunkan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat sebesar 70 persen pada tahun 2025. Namun, hingga saat ini baru tercapai 41,68 persen. Produksi plastik telah meningkat pesat hingga 20 kali lipat sejak tahun 1950, dan banyak sampah plastik sekali pakai seperti sachet, kantong plastik, botol minuman, dan sedotan yang butuh ratusan tahun untuk terurai.
Reza menyoroti pengelolaan sampah di Indonesia yang masih jauh dari optimal, karena hanya sekitar 50 persen sampah yang berhasil dibawa ke tempat pengelolaan akhir. Sampah di Indonesia mencapai 60 juta ton per tahun, di mana 11-38 persennya adalah sampah plastik. Reza mengatakan bahwa penggunaan plastik memang sangat mudah, namun masalahnya terletak pada pembuangan sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik.
Diperlukan tindakan nyata untuk mengatasi masalah sampah plastik ini, mulai dari edukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik, hingga penerapan kebijakan yang lebih ketat terkait penggunaan plastik sekali pakai. Semua pihak harus turut bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan agar tidak semakin tercemar oleh sampah plastik. Jika tidak segera diatasi, dampak negatif dari sampah plastik ini akan terus berlanjut dan semakin merusak ekosistem laut kita.